Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki
manusia. Sifat tersebut akan mendorong manusia bertanya untuk mendapatkan
pengetahuan. Setiap manusia yang berakal sehat sudah pasti memiliki
pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur tentang suatu
obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui
interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Secara universal, terdapat tiga
jenis pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu: (1) logika
yang dapat membedakan antara benar dan salah; (2) etika yang dapat membedakan
antara baik dan buruk; serta (3) estetika yang dapat membedakan antara indah
dan jelek. Kepekaan indra yang dimiliki, merupakan modal dasar dalam memperoleh
pengetahuan tersebut.
Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan
ilmiah yang lazim dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian pengetahuan,
namun tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang
didasari oleh dua teori kebenaran yaitu koherensi dan korespondensi. Koherensi
menyatakan bahwa sesuatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut
konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh
melalui pendekatan logis atau berpikir secara rasional. Korespondensi
menyatakan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut
didasarkan atas fakta atau realita. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh
melalui pendekatan empirik atau bertolak dari fakta. Dengan demikian, kebenaran
ilmu harus dapat dideskripsikan secara rasional dan dibuktikan secara empirik.
Koherensi dan korespondensi mendasari bagaimana ilmu diperoleh telah
melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah. Proses untuk mendapatkan ilmu
agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasai oleh cara berpikir yang rasional
berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan fakta. Salah satu cara
untuk mendapatkan ilmu adalah melalui penelitian. Banyak
definisi tentang penelitian tergantung sudut pandang masing-masing. Penelitian dapat didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang
benar atas suatu masalah berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empirik.
Dapat pula dikatakan bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara
sistematis melalui proses pengumpulan data, pengolah data, serta menarik
kesimpulan berdasarkan data menggunakan metode dan teknik tertentu.
Pengertian tersebut di atas menyiratkan bahwa penelitian adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan
masalah. Penelitian merupakan penelaahan
terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu logika berpikir dan data atau
informasi yang dikumpulkan secara empiris (Sudjana, 2001).
Logika berpikir tampak dalam langkah-langkah sistematis mulai dari pengumpulan,
pengolahan, analisis, penafsiran dan pengujian data sampai diperolehnya suatau
kesimpulan. Informasi dikatakan empiris jika sumber data mengambarkan fakta
yang terjadi bukan sekedar pemikiran atau rekayasa peneliti. Penelitian
menggabungkan cara berpikir rasional yang didasari oleh logika/penalaran dan
cara berpikir empiris yang didasari oleh fakta/ realita.
Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari
oleh proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Metode ilmiah adalah
kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang
dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni
pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning).
Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin
diterima sebagai suatu kebenaran maka pernyataan tersebut harus dapat
diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empirik (berdasarkan fakta).
Terdapat empat langkah pokok metode ilmiah yang
akan mendasari langkah-langkah penelitian yaitu:
1. Merumuskan masalah; mengajukan pertanyaan untuk dicari jawabannya. Tanpa adanya masalah tidak
akan terjadi penelitian, karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah.
Rumusan masalah penelitian pada umumnya diajukan dalam bentuk pertanyaan.
2. Mengajukan hipotesis; mengemukakan jawaban sementara (masih bersifat dugaan) atas pertanyaan
yang diajukan sebelumnya. Hipotesis penelitian dapat diperoleh dengan mengkaji
berbagai teori berkaitan dengan bidang ilmu yang dijadikan dasar dalam
perumusan masalah. Peneliti menelusuri berbagai konsep, prinsip, generalisasi
dari sejumlah literatur, jurnal dan sumber lain berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Kajian terhadap teori merupakan dasar dalam merumuskan kerangka
berpikir sehingga dapat diajukan hipotesis sebagai alternatif jawaban atas
masalah.
3. Verifikasi data; mengumpulkan data secara empiris kemudian mengolah dan menganalisis
data untuk menguji kebenaran hipotesis. Jenis data yang diperlukan diarahkan
oleh makna yang tersirat dalam rumusan hipotesis. Data empiris yang diperlukan
adalah data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini,
peneliti harus menentukan jenis data, dari mana data diperoleh, serta
teknik untuk memperoleh data. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan cara-cara
tertentu yang memenuhi kesahihan dan keterandalan sebagai bahan untuk menguji
hipotesis.
4. Menarik kesimpulan; menentukan jawaban-jawaban definitif atas setiap pertanyaan yang
diajukan (menerima atau menolak hipotesis). Hasil uji hipotesis adalah temuan
penelitian atau hasil penelitian. Temuan penelitian dibahas dan disintesiskan
kemudian disimpulkan. Kesimpulan merupakan adalah jawaban atas rumusan masalah
penelitian yang disusun dalam bentuk proposisi atau pernyataan yang telah
teruji kebenarannya.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, penelitian ilmiah merupakan
kegiatan yang dilaksanakan untuk mengkaji dan memecahkan suatu masalah
menggunakan prosedur sistematis berlandaskan data empirik. Berdasarkan proses
tersebut di atas, mulai dari langkah kajian teori sampai pada perumusan
hipotesis termasuk berpikir rasional atau berpikir deduktif. Sedangkan dari
verifikasi data sampai pada generalisasi merupakan proses berpikir induktif.
Proses tersebut adalah wujud dari proses berpikir ilmiah. Itulah sebabnya
penelitian dikatakan sebagai operasionalisasi metode ilmiah.
Untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, penelitian harus mengandung unsur
keilmuan dalam aktivitasnya. Penelitian yang dilaksanakan secara ilmiah berarti
kegiatan penelitian didasarkan pada karakeristik keilmuan yaitu:
1. Rasional: penyelidikan
ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia.
2. Empiris: menggunakan
cara-cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan menggunakan panca
indera manusia.
3. Sistematis: menggunakan
proses dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Penelitian dikatakan tidak ilmiah jika tidak menggunakan penalaran logis,
tetapi menggunakan prinsip kebetulan, coba-coba, spekulasi. Cara-cara seperti
ini tidak tepat digunakan untuk pengembangan suatu profesi ataupun keilmuan
tertentu. Suatu penelitian dikatakan baik (dalam arti ilmiah) jika mengikuti
cara-cara yang telah ditentukan serta dilaksanakan dengan adanya unsur
kesengajaan bukan secara kebetulan.
Dalam keseharian sering ditemukan konsep-konsep yang kurang tepat dalam
memaknai penelitian antara lain:
1. Penelitian bukan sekedar
kegiatan mengumpulkan data atau informasi. Misalnya, seorang kepala sekolah
bermaksud mengadakan penelitian tentang latar belakang pendidikan orang tua
siswa di sekolahnya. Kepala sekolah tersebut belum dapat dikatakan melakukan
penelitian tetapi hanya sekedar mengumpulkan data atau informasi saja.
Pengumpulan data hanya merupakan salah satu bagian kegiatan dari rangkaian
proses penelitian. Langkah berikutnya yang harus dilakukan kepala sekolah agar
kegiatan tersebut menjadi penelitian adalah menganalisis data. Data yang telah
diperolehnya dapat digunakan misalnya untuk meneliti pengaruh latar belakang
pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
2. Penelitian bukan hanya
sekedar memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain. Misalnya seorang
pengawas telah berhasil mengumpulkan banyak data/infromasi tentang implementasi
MBS di sekolah binaanya dan menyusunnya dalam sebuah laporan. Kegiatan yang
dilakukan pengawas tersebut bukanlah suatu penelitian. Laporan yang
dihasilkannya juga bukan laporan penelitian. Kegiatan dimaksud akan menjadi
suatu penelitian ketika pengawas yang bersangkutan melakukan analisis data
lebih lanjut sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Misalnya: (1) faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan implementasi MBS; atau (2) faktor-faktor
penghambat implementasi MBS serta upaya mengatasinya.
B. Tujuan Umum Penelitian
Uraian di atas memperlihatkan bahwa penelitian adalah penyaluran rasa ingin
tahu manusia terhadap sesuatu/masalah dengan melakukan tindakan tertentu
(misalnya memeriksa, menelaah, mempelajari dengan cermat/sungguh-sungguh)
sehingga diperoleh suatu temuan berupa kebenaran, jawaban, atau pengembangan
ilmu pengetahuan. Terkait dengan ilmu pengetahuan, dapat dikemukakan tiga tujuan umum penelitian yaitu:
1. Tujuan Eksploratif, penelitian dilaksanakan untuk menemukan sesuatu (ilmu pengetahuan)
yang baru dalam bidang tertentu. Ilmu yang diperoleh melalui penelitian
betul-betul baru belum pernah diketahui sebelumnya. Misalnya suatu penelitian
telah menghasilkan kriteria kepemimpian efektif dalam MBS. Contoh lainnya
adalah penelitian yang menghasilkan suatu metode baru pembelajaran matematika
yang menyenangkan siswa.
2. Tujuan Verifikatif, penelitian dilaksanakan untuk menguji kebenaran dari sesuatu (ilmu
pengetahuan) yang telah ada. Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk
membuktikan adanya keraguan terhadap infromasi atau ilmu pengetahuan tertentu.
Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk membuktian adanya pengaruh
kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan. Contoh lainnya adalah
penelitian yang dilakukan untuk menguji efektivitas metode pembelajaran yang
telah dikembangkan di luar negeri jika diterapkan di Indonesia.
3. Tujuan Pengembangan, penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan sesuatu (ilmu pengetahuan)
yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan atau memperdalam ilmu
pegetahuan yang telah ada. Misalnya penelitian tentang implementasi
metode inquiry dalam pembelajaran IPS yang sebelumnya
telah digunakan dalam pembelajaran IPA. Contoh lainnya adalah penelitian
tentang sistem penjaminan mutu (Quality Assurannce)
dalam organisasi/satuan pendidikan yang sebelumnya telah berhasil diterpakan
dalam organisasi bisnis/perusahaan.
0 komentar:
Posting Komentar