Suka atau
tidak suka seseorang terhadap matematika, namun tidak dapat dihindari bahwa
hidupnya akan senantiasa bertemu dengan matematika, entah itu dalam
pembelajaran formal, non formal maupun dalam kehidupan praktis sehari-hari. Matematika
merupakan alat bantu kehidupan dan pelayan bagi ilmu-ilmu yang lain, seperti
fisika, kimia, biologi, astronomi, teknik, ekonomi, farmasi maupun matematika
sendiri.
Mungkin
diantara kita banyak yang bertanya bukankah saat ini sudah ada kalkulator dan
komputer sehingga matematika sebagai alat bantu kehidupan menjadi berkurang?
Memang benar, dengan kehadiran kedua alat tersebut banyak persoalan kehidupan
yang awalnya mudah menjadi sulit, dan dapat diselesaikan dalam waktu yang
relatif singkat. Namun perlu diketahui bahwa alat-alat tersebut pun juga
menggunakan prinsip matematika. Tanpa adanya prinsip-prinsip dan konsep
matematika kedua alat tersebut yaitu kalkulator dan komputer tidak mungkin ada.
Begitu pentingnya matematika dalam kehidupan maka tidak aneh jika pembelajaran
matematika mengalami perkembangan dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
Bagaimanakah perkembangan pembelajaran matematika di dalam negeri?
Matematika tradisional
Setelah
Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah diri menyusun
program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu mata pelajaran
wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada ilmu hitung dan
cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi konsensus masyarakat.
Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika urutan dirubah sedikit
saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat. Untuk pertama kali
yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan membilang, kemudian
penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh, pengurangan yang selisihnya
positif dan lain sebagainya.
Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya
Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan lain sebagainya
Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional adalah kali, bagi, tambah dan kurang. ,maksudnya bila ada soal dengan menggunakan operasi hitung maka perkalian harus didahulukan dimanapun letaknya baru kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Urutan operasi ini mulai tahun 1974 sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang dapat digunakan untuk menunjukkan kelemahan urutan tersebut.
Contoh
12:3
jawabanya adalah 4
dengan tanpa
memberi tanda kurung , soal di atas ekuivalen dengan
9+3:3,
berdasar urutan operasi yaitu bagi dulu baru jumlah dan hasilnya adalah 10.
Perbedaan hasil inilah yang menjadi alasan bahwa urutan tersebut kurang kuat.
Sementara
itu cabang matematika yang diberikan di sekolah menengah pertama adalah aljabar
dan geometri bidang. Geometri ini diajarkan secara terpisah dengan geometri
ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang diberikan di sekolah menengah atas
adalah aljabar, geometri ruang, goeometri, geometri lukis, dan sedikit
geometri analitik bidang. Geometri ruang tidak diajarkan serempak dengan geometri
ruang, geomerti lukis adalah ilmu yang kurang banyak diperlukan dalam kehidupan
sehingga menjadi abstrak dikalangan siswa.Pembelajaran Matematika Modern
Pengajaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya kurikulum 1975. Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi, di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani sejata, rudal dan roket sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. Selain itu penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget, W Brownell, J.P Guilford, J.S Bruner, Z.P Dienes, D.Ausubel, R.M Gagne dan lain-lain semakin memperkuat arus perubahan model pembelajaran matematika.
W Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan terori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menegaskan bahwa latihan hafal atau yang sering disebut drill adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan setelah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di atas mempengaruhi perkembangan pembelajaran matematika dalam negeri, berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemahan-kelemahan tersebut, munculah kurikulum 1975 dimana matematika saat itu mempunyai karakteristik sebagai berikut ;
- Memuat topik-topik dan
pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah himpunan, statistik
dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang bilangan
non desimal.
- Pembelajaran lebih menekankan
pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan
berhitung.
- Program matematika sekolah
dasar dan sekolah menengah lebih kontinu
- Pengenalan penekanan
pembelajaran pada struktur
- Programnya dapat melayani
kelompok anak-anak yang kemampuannya hetrogen.
- Menggunakan bahasa yang lebih
tepat.
- Pusat pengajaran pada murid
tidak pada guru.
- Metode pembelajaran menggunakan
metode menemukan, memecahkan masalah dan teknik diskusi.
- Pengajaran matematika lebih
hidup dan menarik.
Pembelajaran
Matematika masa kini
Pembelajaran
matematika masa kini adalah pembelajaran era 1980-an. Hal ini merupakan gerakan
revolusi matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi matematika
pertama atau matematika modern. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara
maju yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman
barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa
hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan
matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika dalam
negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru,
yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut
antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah
dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di
satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan di pihak lain, belum
sesuainya materi kurikulum dengan taraf kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara
belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum
tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah bahan bahan baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
Sementara
itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan
hal-hal sebagai berikut;
- Guru supaya meningkatkan
profesionalisme
- Dalam buku paket harus
dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan komputer
- Sinkronisasi dan kesinambungan
pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah lanjutan
- Pengevaluasian hasil
pembelajaran
- Prinsip CBSA di pelihara terus
Kurikulum
Tahun 1994
Kegiatan
matematika internasional begitu marak di tahun 90-an. walaupun hal itu bukan
hal yang baru sebab tahun tahun sebelumnya kegiatan internasional seperti
olimpiade matematika sudah berjalan beberapa kali. Sampai tahun 1977 saja sudah
19 kali diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu Yugoslavia
menjadi tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali
adalah Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.
Indonesia
tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang
medali. (tahun 2004 dalam olimpiade matematika di Athena, lewat perwakilan
siswa SMU 1 Surakarta atas nama Nolang Hanani merebut medali). Keprihatinan
tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang siap dalam kancah
kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelesaikan problem-problem kehidupan dan lain sebagainya. Dengan dasar inilah pemerintah berusaha mengembangkan
kurikulum baru yang mampu membekali siswa berkaitan dengan problemsolving
kehidupan. Lahirlah kurikulum tahun 1994.
Dalam
kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang khas,
struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi
keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika
kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran
matematika saat itu mengedepankan kontekstual materi namun tidak melupakan hal-hal
kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik
disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa
mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
Kurikulum
tahun 2004
Setelah
beberapa dekade dan secara khusus sepuluh tahun berjalan dengan kurikulum 1994,
pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru memberikan contoh, murid
secara individual mengerjakan latihan, murid mengerjakan soal-soal pekerjaan
rumah hanya kegiatan rutin saja di sekolah, sementara bagaimana keragaman
pikiran siswa dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasannya kurang menjadi
perhatian.
Para siswa umumnya belajar tanpa ada kesempatan untuk mengkomunikasikan gagasannya, mengembangkan kreatifitasnya. Jawaban soal seolah membatasi kreatifitas dari siswa karena jawaban benar seolah-lah hanya otoritas dari seorang guru. Pembelajaran seperti paparan di atas akhirnya hanya menghasilkan lulusan yang kurang terampil secara matematis dalam menyelesaikan persoala-persoalan sehari-hari. Bahkan pembelajaran model di atas semakin memunculkan kesan kuat bahwa matematika pelajaran yang sulit dan tidak menarik.
Tahun 2004
pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis kompetesi.
Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut mempunyai
tujuan antara lain;
- Melatih cara berfikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan
inkonsistensi
- Mengembangkan aktifitas kreatif
yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan
divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta
mencoba-coba.
- Mengembangkan kemampuan
memcahkan masalah
- Mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui
pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Sementara
itu secara umum prinsip dasar dari kurikulum tersebut adalah bahwa setiap siswa
mampu mempelajari apa saja hanya waktu yang membedakan mereka dalam ketuntasan
belajar. Siswa tidak diperkenankan mengikuti pelajaran berikutnya sebelum
menuntaskan pelajaran sebelumnya. Dengan demikian remedial-remedial akan
sering dijumpai terutama siswa yang sering tidak tuntas dalam belajarnya.
Kesimpulan
Dari paparan
di atas terlihat bagaimana lika-liku perkembangan matematika mulai dari
matematika tradisional yang begitu sederhana, hanya sekedar melatih hafalan dan
melatih kemampuan otak. Kemudian berkembang agak maju lagi dengan munculnya
teori pembelajaran dari para ahli psikologi. Teori ini mempengaruhi
pembelajaran matematika dalam negeri yang akhirnya pemerintah mengeluarkan
kurikulum baru, yang disesuaikan dengan penemuan teori pembelajaran yang
muncul.
Tidak hanya
sampai disitu perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi internasional. Terbukti di era 1980-an dengan merebak dan maraknya
teknologi kalkulator dan komputer akhirnya memaksa pemerintah melaunching
kurikulum baru yang sesuai dengan perkembangan jaman, lahirlah kurikulum 1984.
Sepuluh tahun kemudian pemerintah juga menyempurnakan lagi kurikulum tersebut
dengan kurikulum 1994. Dan yang terbaru adalah kurikulum 2004 yang terkenal
kurikulum berbasis kompetensi. Prinsip dasar dari kurikulum tersebut adalah
bahwa setiap siswa mampu mempelajari apa saja hanya waktu yang membedakan
mereka dalam ketuntasan belajar.
0 komentar:
Posting Komentar