Pendahuluan
Pendidikan
merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap manusia. Sebab, pendidikan dapat
menciptakan berbagai kemajuan dan mewarnai peradaban kehidupan manusia. Manusia
yang terdidik cenderung memiliki kemampuan dalam mengatasi berbagai masalah
yang dihadapi secara rasional, terukur dan sistematis.
Mengacu
pada tujuannya, pendidikan diselenggarakan dengan tujuan untuk menciptakan
manusia yang berdaya upaya tinggi, kreatif dan inovatif, serta mampu menjawab
tantangan dengan baik. Tujuan ini hanya akan tercapai bila pendidikan serta
komponen-komponen yang ada di dalamnya tertata dengan rapi.
Salah
satu komponen penting dalam dunia pendidikan adalah kehadiran seorang guru.
Tapi perlu digarisbawahi bahwa tidak semua guru mampu memberikan hasil yang
memuaskan bagi dunia pendidikan. Guru dituntut tidak hanya mampu menyampaikan
materi pelajaran, tetapi juga harus memiliki kemampuan-kemampuan yang lain, yang
dengan kemampuan-kemampuan tersebut guru mampu mengatasi berbagai hambatan
sekaligus memenuhi kebutuhan siswa.
Pada
dasarnya setiap siswa memiliki beragam bentuk kecerdasan, potensi, kemampuan,
karakter dan sifat, dimana semua ini tidak bisa diwadahi hanya dengan satu
kemampuan guru berupa kemampuan menyampaikan materi saja. Maka dari itu seorang
guru hendaknya memiliki beberapa kemampuan diantaranya, yaitu: kemampuan
sebagai manajer, kemampuan sebagai kompetitor, kemampuan sebagai hakim,
kemampuan sebagai pelatih, kemampuan sebagai orang tua, kemampuan sebagai
seorang motivator, kemampuan sebagai seorang desainer, kemampuan memerankan
diri sebagai saudara, kemampuan sebagai peneliti dan kemampuan sebagai teman.
Dengan
memahami fungsi dan peranan guru yang sebenarnya serta mengetahui
kemampuan-kemampuan yang harus ditunjukkan guru dalam mengajar, maka diharapkan
kegiatan belajar mengajar akan menjadi kegiatan yang benar-benar memberi
didikan, bimbingan dan pengarahan kepada para siswa. Tidak menjadi ajang
transfer ilmu yang kaku dan kurang kreatif.
1.
Memiliki Kemampuan Sebagai Manajer
Kemampuan
sebagai manajer artinya adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas.
Pada kenyataannya, ketika seorang guru menyampaikan mata pelajaran yang
diampunya kepada siswa di kelas, ia tidak hanya dituntut untuk membuat siswa
mengerti terhadap apa yang ia sampaikan, akan tetapi ia juga dituntut untuk
mampu mengelola situasi dan kondisi di kelas, sehingga proses belajar mengajar
dapat berjalan secara efektif.
Tidak dapat
dipungkiri, banyak guru yang cerdas dan menguasai materi pelajaran yang akan
disampaikan kepada siswa mereka, namun
karena mereka tidak memiliki kemampuan sebagai manajer (pengelola kelas), maka
siswa tidak dapat menangkap pelajaran yang mereka sampaikan. Ini menandakan
bahwa menjadi manajer atau pengelola dalam proses belajar mengajar dikelas
adalah sebuah keniscayaan yang tak terelakkan bagi seorang guru.
Jadi, jika
seorang guru ingin berhasil dalam pendidikan dan pengajaran bagi siswanya,
hendaknya ia memiliki keahlian dan kemampuan sebagai manajer yang bisa
mengelola kelas secara efektif. Karena itu, seorang guru juga dituntut untuk
menguasai empat pilar utama profesi sebagai manajer bagi para siswanya, yakni:
perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan kepemimpinan.
2. Memiliki
kemampuan Sebagai Kompetitor
Kemampuan
lain yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk menunjang keberhasilan siswa
dalam meraih prestasi adalah menjadi rival atau kompetitor. Maksudnya, guru
harus bisa menjadi kompetitor “pesaing”
bagi siswanya, sehingga siswa akan selalu tertantang untuk memperbaiki kualitas
belajarnya. Sebagai contoh, jika seorang guru ingin siswanya menjadi anak yang
gemar membaca, maka guru tersebut bisa menciptakan semacam lomba membaca dimana
guru juga terlibat sebagai peserta di dalamnya. Kemudian di akhir, guru dapat
memerikan bingkisan kecil sebagai hadiah bagi pemenangnya.
Contoh
di atas hanya sebagian kecil saja bentuk kompetisi yang dapat guru ciptakan.
Dalam kemampuan ini yang terpenting adalah guru harus mampu dan pandai
menciptakan suasana yang kompetitif di dalam kelas, sehingga diantara siswa
tercipta persaingan untuk maju. Ingat, yang harus ditekankan disini adalah
persaingan untuk maju, bukan untuk menang. Sebab, jika tolak ukurnya adalah
kalah dan menang, maka kompetisi itu tidak akan memberikan efek edukatif bagi
siswanya.
Untuk
menjadi kompetitor yang baik bagi siswanya, seorang guru harus memahami
beberapa prinsip diantaranya, menentukan tujuan kompetisi dengan tepat, tidak
meremehkan ataupun merendahkan siswa yang tidak mampu memberikan peran aktif
dalam kompetisi tersebut, dan memberikan penghargaan atas sekecil apapun usaha
para siswa dalam berkompetisi agar para siswa semakin bersemangat dalam
belajar.
Pada
dasarnya, siapapun dapat menjadi kompetitor. Tetapi, tidak semua kompetitor
memiliki sikap-sikap positif, sebagaimana yang dikehendaki dalam setiap
kompetisi. Adapun beberapa sikap positif yang harus ditanamkan oleh guru
sebagai kompetitor kepada siswanya, antara lain adalah sikap sportif, lapang
dada dan mampu bekerja sama.
3.
Memiliki Kemampuan Sebagai Hakim
Suatu
ketika, guru pasti bersinggungan dengan berbagai persoalan siswa yang menuntut
penanganan yang tepat dan tuntas sehingga tidak merembet dan memunculkan
persoalan yang lain. Kenakalan siswa, perkelahian, hambatan dalam belajar dan
persoalan sejenisnya adalah problem yang kerap dihadapi oleh guru. Agar dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan siswa tersebut, guru harus memiliki
kemampuan layaknya seorang hakim yang tegas, independen dan adil dalam
memberikan setiap keputusan.
Kemampuan
sebagai seorang hakim dapat dikatakan mutlak harus dimiliki oleh setiap guru,
mengingat sekolah merupakan tempat bertemunya manusia dengan berbagai karakter,
latar belakang dan masalahnya masing-masing. Karena itu, ada beberapa prinsip yang
harus dipahami oleh guru agar dapat menjadi hakim yang baik dalam menangani
berbagai permasalahan siswa, yaitu: memahami persoalan dengan baik, tidak
emosi, tidak pilih kasih, tegas, mengutamakan nilai-nilai edukatif, dan tidak
terlalu memvonis tetapi menyadarkan.
4.
Memiliki Kemampuan Sebagai Pelatih
Sebagai
pelatih, guru memiliki tanggung jawab untuk melatih siswa-siswanya dalam
kegiatan belajar mengajar dan pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan
kompetensi mereka masing-masing. Karena itu guru perlu memperhatikan serta
memahami beberapa hal pokok yang berkaitan dengan siswa, seperti kompetensi
dasar, materi standar, perbedaan individual siswa dan lingkungan siswa. Apabila
guru menguasai keempat hal pokok ini, maka ia akan bisa melatih siswa-siswanya
dengan baik.
Sebagai
pelatih yang baik bagi siswanya, tentu guru harus bisa memberikan latihan
secara teratur dan terukur namun tidak menekan dan memberatkan siswa, agar
tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dapat tercapai dengan sempurna. Ada
beberapa kriteria yang diperlukan seorang guru untuk menjadi pelatih yang baik
dan profesional, yaitu:
a.
Mampu
mengkombinasikan antara metode mengajar dan melatih. Mengajar pada prinsipnya
adalah membina dan mengarahkan siswa dalam kegiatan mengajar, sebagai upaya
untuk mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan
pengajaran, sehingga disanalah muncul kegiatan belajar dan mengajar, sedangkan
melatih adalah mengajar siswa agar terbiasa (mampu) melakukan sesuatu, yakni
membiasakan diri (belajar). Dalam hal ini guru dituntut agar mampu
menyeimbangkan antara teori dan praktik.
b.
Menguasai
metode pelatihan, minimal tentang materi apa yang dilatihnya.
c.
Disegani oleh
siswanya. Seorang guru yang ingin berfungsi sebagai pelatih bagi siswanya juga
harus memiliki kepribadian yang baik, tegas dan berwibawa. Jika guru memiliki
kepribadian seperti ini, maka siswa akan mematuhi dan menghargai gurunya dalam
setiap pelatihan yang dilaksanakan.
d.
Memiliki
karakter. Maksudnya, guru harus memiliki pengaruh yang besar bagi siswanya
dengan karakter yang ia miliki. Karakter merupakan salah satu tolak ukur bagi
seorang guru, apakah ia pantas menjadi pelatih bagi siswanya atau tidak.
Pada
dasarnya, seorang guru dapat dikatakan berhasil dalam kepelatihan apabila ia
memiliki dua kemampuan pokok, yaitu:pengetahuan dan keterampilan. Seorang guru
yang berfungsi sebagai pelatih bagi siswanya, harus memilik pengetahuan atau
ilmu agar dapat melakukan pengkajian teoritis mengenai masalah yang berhubungan
dengan pelatihan. Guru juga harus memiliki keterampilan-keterampilan memadai
untuk memperlancar setiap pelatihan yang diberikan kepada siswanya. Adapun
keterampilan-keterampilan tersebut adalah keterampila teknis, keterampilan
konseptual, keterampilan manajerial, keterampilan antarpersonal dan sikap
hidup/filasfat yang tidak bertentang dengan apa yang diajarkannya kepada
siswanya.
Selain
melatih siswa dalam berbagai macam penguasan materi pelajaran, guru juga harus
melatih mental siswa. Pelatihan mental tersebut mencakup kejujuran,
kedisiplinan dan tanggung jawab. Melatih mental siswa biasanya lebih sulit
dibandingkan melatih siswa dalam penguasaan materi, namun demikian bukan
berarti hal tersebut tidak dapat dilakuakan. Melatih mental siswa dapat guru
awali dengan mencontohkan sikap-sikap jujur, disiplin dan bertanggung jawab
yang dimulai dari diri guru sendiri, sehingga siswa secara tidak langsung dapat
meniru sikap-sikap dan prilaku gurunya. Untuk itu hendaknya guru mempunyai
sikap mental yang baik dan diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk menjadi
seorang pelatih bagi siswanya.
5.
Memilki Kemampuan Sebagai Orang Tua
Keberhasilan
proses belajar mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam
memposisikan dirinya sebagai orang tua bagi siswa-siswanya, sebab salah satu
yang mendorong siswa bisa menerima pelajaran dengan baik termasuk segala arahan
dan nasihat guru adalah kepribadian guru yang berkarakter sebagai orang tua.
Dengan adanya karakter guru yang demikian, siswa merasa dekat dan muncul ikatan
emosional antara diri mereka dengan guru.
Terkait
hal itu, ada beberapa kiat yang bisa dilakukan agar guru dapat berfungsi
sebagai orang tua bagi siswanya adalah sebagai berikut:
a.
Memperhatikan
dan memuji tindakan siswa sekecil apapun yang bersifat positif. Secara
psikologis, jika seorang siswa selalu dikritik oleh gurunya, tentu ia akan
merasa tertekan serta takut untuk berkreatifitas, bertanya dan berkompetisi.
Sebaliknya, jika guru memuji dan memberikan perhatian terhadap tindakan positif
yang dilakukan siswanya, maka siswa akan merasa tindakan positifnya
diperhatikan dan disukai oleh guru, sehingga mampu membangkitkan semangatnya
dalam belajar.
b.
Menjalin
komunikasi dengan siswa. Komunikasi yang baik antara guru dan siswa
memungkinkan guru untuk memberikan alasan dan penjelasan setiap kali ia hendak
memberikan aturan ataupun nasihat kepada siswanya.
c.
Tidak menekan
siswa dengan harapan atau target yang tinggi. Guru harus menyadari bahwa siswa
memiliki kemampuan yang terbatas, sehingga guru tidak boleh mematok target yang
terlalu tinggi bagi siswanya.
d.
Meningkatkan
kepercayaan diri siswa. Siswa akan mengembangakan kepercayaan diri mereka
sesuai dengan apa yang mereka lihat dan terima dari guru dan teman-teman mereka
di sekolah. Oleh karena itu, guru harus mampu memunculkan kepercayaan dirinya
di hadapan siswanya melalui bahasa tubuh, ekspresi suara, membiarkan siswa
berkreatifitas, tidak memberikan teguran dengan bahasa yang dapat merendahkan
harga diri siswa.
e.
Memberi waktu
khusus untuk siswa. Jika guru dapat memberikan waktu khusus kepada siswa, maka
siswa akan merasa bahwa guru mereka tak ubah seperti orang tua kandung mereka
sendiri.
f.
Memberikan
cinta kasih apapun situasi dan kondisinya. Guru harus selalu menunjukkan rasa
sayangnya kepada siswa meskipun ia sedang menghukum siswanya karena sebuah
kesalahan.
g.
Menentukan
disiplin yang konsisten bagi siswa. Tujuan pendisiplinan adalah agar siswa
terbiasa dengan sikap disiplin, baik di lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah, agar siswa dapat tumbuh dengan prilaku yang baik, agar proses belajar
mengajar berjalan dengan lancar, dan agar siswa memiliki pengendalian diri. Tentunya
bentuk disiplin tersebut harus dilakukan secara konsisten.
h.
Menjadi guru
suri tauladan. Guru adalah panutan bagi siswanya, bila guru memperlihatkan
prilaku buruk kepada siswanya, maka siswa bisa lebih buruk dari itu. Maka guru
hendaknya menjadi contoh kebaikan bagi siwa-siswanya, karena secara tidak
langsung guru adalah model atau peraga yang dapat menjadi idola bagi siswanya.
i.
Menjadi guru
fleksibel. Fleksibel maksudnya adalah guru menerima siswa apa adanya, apakah
bodoh, pintar, rajin, malas, atau apapun, tetapi yang terpenting adalah guru
memberikan bimbingan dan arahan untuk kebaikan siswa.
Selain
kiat-kiat yang dijelaskan di atas, ada beberapa prinsip yang harus diterapkan
oleh guru agar benar-benar maksimal dalam menjalani fungsinya sebagai orang
tua, yaitu: menunjukkan sikap yang baik di hadapan siswa, melibatkan diri dalam
kehidupan siswa, menyesuaikan diri dengan karakter siswa, membuat aturan yang
menyenangkan bagi siswa, mendorong siswa agar mereka mampu meningkatkan
kreatifitas dan kemandirian, bersikap konsisten, dan tidak mengajar dengan
kasar.
6.
Memiliki Kemampuan Sebagai Seorang Motivator
Guru
hendaknya mampu menjadi seorang motivator yang menginspirasi siswa-siswanya
untuk maju. Ada beberapa prinsip utama yang harus dipahami guru agar dapat
memiliki kemampuan sebagai seorang motivator, yaitu:
a.
Mendahulukan
kepentingan siswa di atas kepentingan pribadinya. Artinya, siswa harus menjadi
prioritas utama bagi perjuang seorang guru, sehingga segala upaya edukatif yang
dilakukan guru sepenuhnya dimaksudkan untuk kemajuan siswanya. Oleh sebab itu,
hendaknya guru kembali mengoreksi niatnya dalam mengajar, apakah mengajar
dengan niat ibadah atau semata-mata untuk mengharapkan upah.
b.
Mengutamakan
kewajiban ketimbang hak. Kewajiban utama seorang guru adalah memberikan
pendidikan kepada siswa demi mengentaskan mereka dari kebodohan serta menjadikan
mereka pribadi yang cerdas, bermoral, dan bisa mencapai kesuksesan dalam hidup
mereka.
c.
Memiliki
obsesi tinggi. Motivator yang sukses adalah meraka yang selalu terobsesi untuk
memberikan hal-hal yang berarti kepad diri mereka sendiri dan orang lain.
Sebuah
prinsip tidak akan berati jika tidak diwujudkan dalam aktivitas yang nyata.
Berikut adalah tindakan konkret yang yang harus dilakukan setelah guru memahami
prinsip-prinsip sebagai motivator:
a.
Cari tahu
cita-cita siswa. Sebagus apapun sebuah motivasi disampaikan, tetapi jika itu
tidak sesuai dengan keinginan atau cita-cita penerimanya, maka semuanya akan
berakhir sia-sia. Maka hendaknya guru mengetahui cita-cita dan tujuan hidup
siswanya di masa depan, agar dapat menyampaikan motivasi yang tepat dan sesuai
bagi kebutuhan siswanya.
b.
Ceritakan
perjuangan diri kita sebagai guru. Menceritakan perjuangan yang pernah kita
lakukan kepada siswa akan lebih memikat dan memiliki nilai motivasi yang
tinggi, mengingat kita terlibat langsung dengan alur cerita yang kita sampaikan
kepada siswa.
c.
Ceritakan
keberhasilan teman atau orang lain. Ketika kita menceritakan keberhasilan orang
lain atau teman sendiri kepada siswa, sebaiknya tekankan nilai-nilai
perjuangan, moto hidup, atau motivasi yang mempengaruhi tokoh-tokoh yang kita
ceritakan ketimbang sekedar menceritakan keberhasilan yang telah mereka raih.
d.
Memberikan
apresiasi kepada siswa. Sebagai contoh, beberapa siswa yang telah berhasil
meraih prestasi baik itu dalam bidang pelajaran, olahraga maupun keterampilan,
tugas kita adalah mengapresiasi mereka
dengan meminta mereka mengemukakan apa saja yang mereka lakukan hingga
berhasil meraih prestasi itu, kemudian berikan catatan dan kembangkan cerita
itu menjadi sebuah narasi yang memiliki nilai motivasi tinggi bagi siswa-siswa
lain.
Meski
seorang guru telah mengetahui prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang harus
dilakukan agar memiliki kemampuan sebagai seorang motivator, guru juga harus
menghindari hal-hal sebagai berikut: terlalu mengutamakan hasil,
membanding-bandingkan antar siswa yang satu dengan yang lain, pemberian
motivasi harus sesuai dengan kemampuan dan penerimaan siswa, dan menghasut yang
tanpa disadari kita lakukan saat menyampaikan motivasi.
7.
Memiliki Kemampuan Sebagai Seorang Desainer
Prinsip-prinsip
dalam dunia desainer yang harus dimiliki oleh seorang guru:
a.
Unity and
harmony. Dalam proses
belajar mengajar, keberadaan guru dan siswa merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Keberadaan keduanya merupakan faktor yang harus saling
melengkapi dan berkesinambungan, sehingga terciptanya keharmonisan. Guru
hendaknya tidak memandang dirinya sebagai pihak yang lebih penting dalam proses
belajar mengajar, sebaliknya guru harus memposisikan diri secara seimbang dan
saling pengertian, membantu dan melengkapi siswanya.
b.
Balance. Sebagai seorang pendidik, guru hasus memperlakukan
seluruh siswanya dengan perlakuan yang sama, tidak ada perlakuan khusus
terhadap siswa tertentu saat proses belajar mengajar sedang berlangsung, agar
tidak ada kecemburuan sosial dan suasana di dalam kelas benar-benar nyaman dan
tenang.
c.
Focal Point. Dalam prinsip ini guru hendaknya memanfaatkan dan
menguasai ruang kelas dengan sebaik mungkin dan menjadikannya sebagai sebuah
tempat yang paling menyenangkan. Guru dapat menunjukkan sikap yang luwes saat
mengajar dengan cara membuat banya gerakan-gerakan tangan, memanfaatkan alat
peraga, memanfaatkan spidol dan papan tulis untuk memberikan penjelasan. Sikap
ini akan membuat ruang kelas tak lagi kaku. Selain itu guru dapat memberikan
sentuhan-sentuhan kreatif pada ruang kelas dengan mengajak siswa menghias kelas
mereka dengan sesuatu yang membuat mereka betah di dalam kelas.
d.
Ritme. Semua hal yang ditunjukkan guru saat mengajar, seperti
nada suara, gerak tubuh dan ekspresi wajah harus benar-benar diramu sebagai
sebuah cara mengajar yang baik dan terorganisasi.
e.
Detail. Dalam mengajar, guru harus mampu mengungkapkan atau
mempresentasikan materi pelajaran yang disampaikan dengan detail. Manfaat guru
menyampaikan materi pelajaran dengan detail salah satunya adalah dapat
memperkaya wawasan siswa terhadap materi pelajaran yang sedang mereka pelajari.
8.
Memerankan Diri Sebagai Saudara
Guru
dan siswa itu pada dasarnya adalah satu etnis yang memiliki satu kesamaan, baik
dalam hak maupu kewajiban. Konsep persaudaraan antara guru dan siswa dibangun
di atas dasar-dasar nilai kemanusiaan yang sejati. Seorang guru perlu
mendapatkan perlakuan baik dari siswa, sebagaimana siswa juga berharap dapat
diperlakukan dengan baik oleh guru mereka. Berikut seni membangun persaudaraan
antar guru dan siswa:
a.
Ringan tangan.
Seorang guru harus sigap (aktif memberikan bantuan) ketika siswa mengadukan
masalah mereka. Guru tidak boleh berpangku tangan atau bahkan melempar tanggung
jawab dengan guru lain saat siswanya dalam masalah.
b.
Menasihati,
bukan menggurui. Menasihati adalah langkah pertama yang dapat dilakukan seorang
guru tatkala menemukan siswanya melakukan pelanggaran, sebab di balik kata
nasihat tersimpat semangat kebijaksanaan, keakraban, saling pengertian, dan
penuh persaudaraan. Menasihati mencerminkan bahwa antara orang yang menasihati
dan orang yang dinasihati berada pada posisi yang sama atau seimbang.
c.
Saling
terbuka. Sikap saling terbuka ini penting dimiliki oleh guru dan siswa agar
masing-masing bisa memberi masukan, kritik dan jalan keluar ketika menghadapi
masalah.
d.
Menjadi
mediator antara siswa dan keluarganya. Jika ada siswa yang berhasil meraih
prestasi di sekolah, sebaiknya guru menyempatkan diri untuk berkunjung ke
keluarga siswa sekedar untuk mengucapkan selamat dan memberikan dukungan.
Sebaliknya, jika ada siswa yang sering atau terus-terusan melakukan pelanggaran
di sekolah, guru juga harus mampu menjalin komunikasi dengan orang tua siswa untuk
mencarikan solusi yang terbaik bagi siswa tersebut.
e.
Selalu siap
membantu. Guru yang mampu menjadikan dirinya layaknya sebagai saudara bagi
siswanya tidak mudah berkata “tidak” saat siswa sedang membutuhkan bantuan.
9.
Memiliki Kemampuan Sebagai Peneliti
Upaya
untuk menumbuhkan dan merangsang munculnya para peneliti harus dimulai sejak
dini, salah satunya melalui peranan guru di sekolah. Artinya, guru harus mampu
menginspirasi siswa-siswanya agar memiliki ketertarikan yang besar terhadap
ilmu, ketekunan dalam belajar dan semangat yang tinggi dalam meneliti. Berikut
beberapa upaya yang dapat dilakukan seorang guru agar memiliki kemampuan
sebagai peneliti, dan dengan kemampuannya itu diharapkan dapat menginspirasi
para siswa agar mereka tertarik untuk menjadi peneliti handal dalam berbagai
bidang yang mereka tekuni kelak:
a.
Willing to
share. Seorang peneliti sejati adalah sosok yang tidak kikir
dan senantiasa mau berbagi informasi dengan orang lain. Begitu juga dengan guru
yang memiliki lebih banyak informasi dan pengetahuan tentang keilmuan dibanding
siswa, hendaknya senantiasa memberikan banyak informasi dan pengetahuan yang
bersifat positif dan mendidik agar dapat memprkaya wawasan dan memperluas
cakrawala keilmuan siswanya.
b.
Willing to
write. Guru hendaknya mendokumentasikan/menuliskan informasi
yang didapat baik melalui media buku maupun media internet, kemudian informasi
tersebut dijabarkan berdasarkan pandangan dan analisis sendiri, dengan demikian
informasi tersebut akan menjadi sebuah informasi yang utuh dan edukatif.
c.
Willing to
read. Dengan
membaca, kita dapat menemukan informasi-informasi baru, selain itu secara tidak
langsung juga dapat mengajarkan kita untuk menyusun kalimat demi kalimat
sehingga menjadi sebuah tulisan yang baik dan enak dibaca.
d.
Do networking. Membuat jaringan sebanyak mungkin adalah tugas penting
yang harus dilakukan oleh guru. Semakin banyak jaringan yang kita miliki, maka
akan semakin mudah bagi kita untuk mengakses informasi yang tidak kita dapatkan
dari buku atau sekolah dan menjadikan kita semakin mudah membuat
terobosan-terobosan baru dalam mengajar. Sehingga kegiatan belajar mengajar
akan semakin variatif karena banyak inspirasi yang dapat kita gali dari
jaringan-jaringan tersebut.
e.
Active at
discussion. Guru
juga perlu membiasakan diri untuk aktif berdiskusi dengan siswanya, agar siswa
dapat belajar bagaimana cara mengemukakan gagasan yang baik. Keterampilan berdiskusi
akan banyak memberikan pengaruh positif bagi siswa, terutama pada saat mereka
berinteraksi dengan orang lain.
f.
Focus. Sebagai pendidik, tentunya guru sudah diserahi tugas
untuk mengampu mata pelajaran tertentu sesuai dengan kompetensinya. Ini dapat
dijadikan sebagai kesempatan bagi guru untuk benar-benar fokus mempelajari
materi yang diampunya, sehingga guru dapat benar-benar menguasai dengan baik
materi yang diajarkan serta mampu memberikan penjelasan secara detail kepada
siswa.
10. Memiliki
Kemampuan Sebagai Teman
Siswa
akan semakin mudah menerima keadaan guru sekaligus materi pelajaran yang
disampaikan apabila guru dapat memposisikan diri sebagai teman bagi siswanya.
Guru seperti inilah yang mampu menciptakan atmosfer belajar yang hangat,
mengasyikkan, membangkitkan semangat dan menancapkan kepercayaan diri yang kuat
bagi siswa. Ada beberapa tips yang dapat menjadikan guru sebagai teman dekat
bagi siswanya, yaitu: guru mengenal kepribadian siswa, mendengar keluhan siswa,
tidak meremehkan keparcayaan siswa, berusaha setara dengan siswa, selalu
memberi semangat dalam keadaan apapun, menyisihkan waktu untuk siswa, tidak
sungkan mengungkapkan perasaan, dan siap memberi bantuan.
Ada
beberapa prinsip yang harus dipahami guru dalam menjalin keakraban pertemanan dengan
siswa, jadi sekalipun guru akrab dengan siswanya, siswa akan tetap menjaga
sopan santun dan etika bergaul dengan gurunya, yaitu:
a.
Measurable. Guru dituntut untuk menjadi teman bagi siswanya
secara seimbang. Seimbang di sini mengandung dua makna. Pertama, guru tidak hanya senang bercerita atau berbicara kepada
siswanya, tetapi juga senang mendengarkan cerita atau pembicaraan siswanya. Kedua, guru tidak melakukan hal-hal yang
tidak disukai oleh siswanya, sekalipun tidak melanggar peraturan, jadi tidak
hanya siswa yang tidak melakukan hal-hal yang tidak disukai guru tapi guru juga
demikian.
b.
Attitude. Hal pokok yang
mesti diperhatikan dalam setiap hubungan adalah sikap, karena sikap adalah
segalanya. Sikap yang baik akan mendorong guru berbuat baik dalam tataran
prilaku bukan dengan kata-kata ataupun nasihat.
c.
Memberikan respon. Meski terkesan sederhana,
memberikan respon kepada lawan bicara saat sedang berbicara sangat besar
pengaruhnya bagi lawan bicara.
d.
Berkata jujur. Tak seorangpun di dunia yang mau
dibohongi tak terkecuali siswa. Hendaknya guru jujur dalam setiap perkataan dan
perbuatan.
e.
Menjadi seperti siswa. Maksudnya, guru akan disukai
oleh siswanya apabila guru mengikuti kegemaran siswa-siswanya, selama kegemaran
itu tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Jadi tidak ada salahnya
sesekali guru bergabung dengan siswa bermain bola, meski ia lebih senang
bermain basket. Jika ingin disukai siswa, maka hendaknya guru dapat
menyesuaikan diri dengan siswanya, selama itu tidak menyalahi tugas dan
perannya sebagai pendidik.
Referensi: Salman Rusydie, 2012, Kembangkan Dirimu
Jadi Guru Multitalenta, Yogyakarta: DivaPress.
0 komentar:
Posting Komentar